Selasa, 22 September 2015

FRANK JAMES LAMPARD

Tak hanya terjadi pada drama, dalam dunia sepakbola pun sering terjadi ‘cinta bertepuk sebelah tangan’. Beberapa tahun lalu, cinta tak berbalas dalam sepakbola pernah menimpa Alessandro Del Piero yang secara terpaksa harus meninggalkan sang ‘kekasih Italia’ setelah pihak klub tak merestui hubungan keduanya.
Kisah memilukan itu terjadi kembali pada musim panas ini. Di tengah gerombolan pecinta sepakbola yang tengah bersiap menyaksikan gegap gempitanya Piala Dunia di Brasil, seorang pria berusia 35 tahun asal Inggris sedang membereskan isi lemarinya karena harus segera hijrah ke belahan bumi lain akibat dari ‘cinta yang bertepuk sebelah tangan’.
Ya, adalah Frank Lampard pria malang yang harus terbuang itu. 13 tahun masa indahnya bersama Chelsea akan segera berakhir di penghujung musim panas nanti. Setelah ‘kontrak cinta’-nya bersama tim asal London tersebut tak diperpanjang, pemilik nomor punggung 8 ini memutuskan untuk berpaling ke sebuah tim asal Amerika Serikat bernama New York City FC.
Pencetak gol terbanyak sepanjang masa Chelsea tersebut dikabarkan telah menyetujui perpindahannya ke tim yang baru saja promosi ke Major League Soccer ini dengan bayaran 150 ribu poundsterling per minggu.
Selama berkostum biru, pemain yang didatangkan dari West Ham seharga 11 juta poundsterling ini telah mempersembahkan banyak gelar bagi Chelsea. Di antaranya adalah tiga gelar juara EPL, empat piala FA, dua Piala Liga, dan masing-masing satu gelar juara Liga Champions dan Europa League.
Bergabungnya Lampard menuju MLS memperpanjang deretan nama pemain Inggris yang bermain untuk liga negeri Paman Sam tersebut. Tercatat ada 48 pemain asal Inggris yang pernah bermain untuk MLS.
Nama besar Inggris yang pernah merumput di sana adalah David Beckham (LA Galaxy). Dan saat ini Jermaine Defoe masih bermain untuk Toronto FC. Sedangkan mantan peman timnas Inggris U-21, Nigel Reo Coker, saat ini bergabung bersama Vancouver.
Lalu apakah hengkangnya Lampard akan menimbulkan lubang di lini tengah Chelsea musim depan?
Sebenarnya Lampard masih memiliki kemampuan untuk bersaing bersama pemain lain yang lebih muda darinya. Perannya di Chelsea pun cukup sentral. Tapi sepertinya tidak adanya sosok Lampard tak akan mengurangi kekuatan Chelsea. Karena masih ada pemain-pemain lain yang bisa menggantikan perannya. Misalnya Ramires dan Nemanja Matic. Tapi jika keduanya masih kurang, Abramovich  tentunya sudah siap menambal lubang tersebut dengan ‘gepokan uang’-nya.
Selain merekrut Lampard, New York City FC dikabarkan sudah mendapatkan striker timnas Spanyol David Villa. Bahkan untuk Villa, pemain berusia 32 tahun ini tinggal menghadiri tes medis untuk menyelesaikan kepindahannya.
Ada pepatah mengatakan, Cinta Tak Harus Memiliki. Maka Lampard adalah pria yang tepat untuk mengatakan pepatah tersebut. Baginya, meskipun ia tak akan lagi menciumi badge berlambang Chelsea ketika merayakan gol, kecintaannya terhadap Chelsea akan selalu ada dan tak akan pernah hilang.
Berjuta bahkan milyaran makna terkandung dalam satu kata “cinta”. Berjuta buku bertema cinta telah beredar dan tak semuanya mempunyai makna yang sama. Walau berbeda, cinta tetaplah cinta.
Cinta kadang sederhana. Cinta kadang rumit. Cinta tergantung apa yang ada dalam kepala. Cinta bisa menjadi apa yang kita inginkan. Cinta bisa menjadi apa yang tidak kita inginkan. Cinta mampu membuat dua kepala berbeda yang memiliki banyak perbedaan bersatu dalam kesepahaman antara satu sama lain.
Seperti cinta, sepakbola tidak mengenal perbedaan. Sepakbola bisa mempersatukan orang dari berbagai suku, agama, ras, dan golongan. Sepakbola pun juga bisa membuat seseorang lupa akan segalanya. Gembira, sedih, marah, kesal. Layaknya cinta, Sepakbola adalah sesuatu yang menyenangkan untuk diikuti. Kehadirannya terkadang membawa seribu satu macam kisah menarik yang mewarnai perjalanan hidup seseorang.
Sama seperti beragam cara memaknai cinta, sepakbola dapat dinikmati dengan beragam cara. Tidak semua penikmat sepakbola memiliki pemikiran sama. Tidak semua manajer atau pelatih memiliki taktik yang sama. Mendukung kesebelasan yang sama saja tidak menjamin dua orang memiliki pemikiran yang sama. Karena sepakbola seperti cinta.
Sepakbola dan cinta mempunyai banyak persamaan. Cinta yang hakiki adalah cinta yang hanya memandang indah kepada yang dicintai. Cinta yang hakiki adalah mencintai tanpa alasan. Karena cinta tidak membutuhkan alasan. Logika pasti kalah oleh kekuatan cinta. Pernahkan kau bertanya kenapa seseorang masih saja mendukung kesebelasan yang ia cintai walau kesebelasan tersebut sering kalah atau bahkan tidak memenangi apa pun selama puluhan tahun? Untuk apa mereka masih memberi dukungan kepada kesebelasan yang hanya bisa memberi pahit? Tentu karena cinta mereka yang hakiki, cinta tanpa adanya alasan untuk mencintai.
Atau pernahkan Anda melihat pendukung kesebelasan semenjana yang hanya berkutat di papan tengah saja? Apa tujuan mereka? Mencari sensasi? Aneh memang jika melihat hal tersebut, sama seperti cinta seorang wanita cantik kepada seorang pria yang biasa-biasa saja. Tapi itulah cinta, tak mengenal alasan.
Katanya cinta itu turun dari mata turun ke hati. Kebanyakan cinta memang berawal dari mata; paras dan kelakuan anggun yang dilihat mata disampaikan ke hati setiap manusia. Sepakbola pun sama: berawal dari menonton pertandingan secara langsung atau melalui televisi bisa membuat kita langsung jatuh cinta.
Ada saja memang cinta yang memerlukan alasan. Memang diawal saya mengatakan cinta yang hakiki adalah cinta yang tak mempunyai alasan tapi hal tersebut tak sepenuhnya benar. Karena ketika mencintai seseorang kadang kita butuh alasan pendorong. Entah itu paras cantik, rasa nyaman ketika berbicara, atau alasan lainnya. Dalam sepakbola pun kadang ada alasan mendasar kenapa Anda menyukai kesebelsan tersebut. Entah karena pemain idola Anda bermain di kesebelasan tersebut atau karena kesebelasan tersebut berasal dari kampung halaman Anda.
Dalam cinta ada fase melihat dari kejauhan, mencari tahu informasi, berkenalan, dan saling berbincang hingga merasa cocok dan akhirnya memutuskan bersama. Dalam sepakbola pun sama. Ada fase melihat dan mencari tahu hingga akhirnya ada dase dimana Anda merasakan adanya kegembiaraan luar biasa ketika kesebelasan tersebut menang dalam suatu pertandingan. Atau kesedihan mendalam hingga tangis mengalir karena kesebelasan yang Anda dukung kalah. Namun kadang pula alasan di balik tangis adalah kebahagiaan yang memuncak karena kesebelasan yang Anda dukung menjadi juara.
Dalam cinta ada istilah cinta buta dimana seseorang sudah tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Dalam sepakbola pun sama. Kecintaan seseorang kepada kesebelasannya membuat ia tidak peduli apakah kesebelasan tersebut sedang berada dalam tren baik atau buruk atau apakah kesebelasan tersebut memenangi trofi dalam beberapa tahun kebelakang. Jika sudah cinta buta, kesebelasan ditinggal pemain andalannya pun seorang penggemar tidak akan peduli. Tetap saja ia akan rela bangun pagi untuk menonton kesebelasan tersebut walaupun kadang hasilnya kurang memuaskan.
Tentu mudah mendukung kesebelasan yang terus menerus meraih kemenangan dan rutin menjadi juara. Tapi mendukung kesebelasan kecil perkara lain. Tidak jarang hasil akhir tidak sesuai keinginan. Di situlah cinta diuji.
Kita tak bisa menilai tulusnya cinta seseorang hanya dari harta atau apa yang dia lakukan untuk seseorang yang dia cintai. Kita juga tidak bisa menilai tulusnya seseorang dalam mendukung kesebelasan yang dia idolakan hanya dari cara dia mendukung atau dari kualitas jersey yang dia beli. Kita tak bisa menilai seseorang hanya dari itu saja. Kadang ada orang berkata “banyak omong loe emang situ bisa main bola?” Tapi tak seharusnya seorang yang memberikan komentar kepada kub yang dia idolakan haruslah seorang pesepakbola atau bahkan mantan pemain sepakbola, karna Anda tak harus menjadi koki untuk mengetahui rasa martabak itu enak atau tidak. Kita tak bisa menilai dia suporter yang baik hanya dari sana karena banyak cara mendukung kesebelasan yang diidolakan.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa kita tidak bisa menentukan kepada siapa kita jatuh cinta. Dalam sepakbola pun sama; seorang pendukung tidak bisa menentukan hendak mendukung kesebelasan apa. Karena cinta dan sepakbola adalah sama: sama-sama berasal dari hati bukan karena paras cantik atau banyaknya trofi.
Benar atau salah?

Mengenal Pekrja Sosial Masyarakat

Mengenal Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)

Keberadaan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) telah lama di kenal di Indonesia, setidaknya setelah di atur dalam ketentuan Keputusan Menteri Sosial Nomor 14/HUK/KEP/II/1981 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Pembimbing Sosial Masyarakat. Pada era awal delapan puluhan PSM yang kita kenal sebagai Pekerja Sosial Masyarakat adalah Pembimbing Sosial Masyarakatnamun setelah diterbitkannya Keputusan Menteri Sosial RI Nomor: 28/HUK /1987 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Sosial Nomor 14/HUK/KEP/II/1981 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Pembimbing Sosial Masyarakat maka sejak itu PSM

menjadi Pekerja Sosial Masyarakat dan dikenal dimasyarakat Indonesia yang berkedudukan sebagai salah satu pilar partisipan usaha kesejahteraan sosial yang bersama-sama pilar parsitipasi lainnya dan Pemerintah secara bertahap mewujudkan masyarakat yang berkesejahteraan sosial.
Saat ini pengaturan tentang PSM diatur dalam Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2012 (Permensos RI No. 01 Tahun 2012) tentang Pekerja Sosial Masyarakat yang selanjutnya menjadi payung hukum yang sah bagi segala aktifitas PSM sebagai pilar partisipan dalam melaksanaan usaha kesejahteraan sosial di Indonesia. Sebagaimana maksud diadakannya PSM yang diatur pada Pasal 2 yaitu:
a.       memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berperan dalam melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial; dan
b.      meningkatkan kepedulian warga masyarakat dalam menangani masalah sosial.

Permensos RI No. 01 Tahun 2012 yang ditetapkan di Jakarta oleh Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri pada tanggal 19 Januari 2012 merupakan penyempurnaan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor: 28/HUK /1987 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Sosial Nomor 14/HUK/KEP/II/1981 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Pembimbing Sosial Masyarakat.
Berdasarkan Permensos RI No. 01 Tahun 2012 Pasal 3 tujuan diadakannya PSM yaitu: “a. terwujudnya kehidupan masyarakat yang berkesejahteraan sosial; b. terwujudnya warga masyarakat yang memiliki keberfungsian sosial yang mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri; dan c. tertanganinya masalah sosial.”
Dari tujuan sesuai ketentuan Pasal 3 tersebut bermakna bahwa pekerjaan sosial masyarakat dalam pelaksanaan kegiatannya memiliki konsentrasi atau fokus, yaitu terhadap keberfungsian sosial (social functioning) baik secara individu maupun kolektif. Dengan kata lain fokus intervensi pekerjaan sosial adalah interaksi perilaku manusia dengan lingkungan sosialnya.
Adapun keberfungsian sosial ini memiliki beberapa pengertian diantaranya disampaikan oleh Garvin dan Seabury yang menyatakan bahwa:[1] “Socíal functioning is encompasses all the way that we respons to the demands of oursocíal environment – an environment that include family, peers, organizations, communities, as well as entie society.”
Sedangkan Leonora S. de Guzman menyatakan bahw:[2] ”Socíal functioning is the expression of the interaction between man and his socíal environment; it is the product of his action as he related to his surrounding.”
Jadi inti dari kedua pengertian di atas apabila dikaitkan dengan Permensos RI No. 01 Tahun 2012 Pasal 3 di atas bahwa socíal functioning lebih cenderungdikaitkan dengan bagaimana interaksi orang dengan lingkungan sosialnya. Dalam hal ini pekerjaan sosial mencoba membantu orang yang tidak atau kurang mampu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya sehingga bisa melaksanakan tugas-tugas dalam kehidupannya, memecahkan permasalahannya ataupun memenuhi kebutuhannya. Sehingga keberfungsian sosial dapat pula dilihat dari tiga kategori bahwa keberfungsian sosial dipandang sebagai kemampuan melaksanakan peranansosialkemampuan untuk memenuhi kebutuhan, dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan sosial yang dialaminya.